Sabtu, 29 Maret 2014

SEJARAH PEMIKIRAN DAN PRAKTIK KUNO ADMINISTRASI NEGARA (PUBLIK)


Latar Belakang
            Perkembangan Ilmu Administrasi Negara atau yang kini kita lebih akrab dengan sebutan Administrasi Publik, mengalami maju mundur seiring dengan berjalannya waktu. Berbagai dinamika muncul terkait perubahan dan pergeseran paradigma dalam ilmu ini. Pengetahuan dan pemikiran mengenai Administrasi Negara tidak hanya berasal dari sumbangan pemikiran Bapak Administrasi Negara Woodrow Wilson ataupun ahli manajemen klasik lainnya seperti Henry Fayoll dan Frederick Taylor. Namun jauh sebelum mereka ada, praktik-praktik Administrasi Negara justru telah lama lahir dan diimplementasikan oleh manusia-manusia yang berasal dari peradaban kuno. Makalah ini akan berusaha memaparkan mengenai sejarah praktik dan pemikiran kuno Administrasi Negara dengan mengambil beberapa contoh kasus peradaban Mesir, Cina (Tiongkok), Yunani, Romawi, Mesopotamia, Perancis, dan Babilonia.

Tujuan Penulisan
Tulisan ini dibuat dengan tujuan untuk menjelaskan bagaimana sejarah pemikiran dan praktik kuno Administrasi Negara (Publik).

Metode Penulisan dan Pengumpulan Data
            Tulisan ini disusun dengan metode kualitatif deskriptif yang bersifat menggambarkan serta memaparkan sebuah topik atau bahasan dengan kasus khusus. Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi data. Data yang dikumpul berasal dari buku teks dan artikel internet.

PEMBAHASAN

Meskipun literatur kuno yang langsung berkaitan dengan nama “Administrasi Publik” kurang begitu banyak ditemukan, namun sesungguhnya cukup banyak literature yang berkenaan dengan filsafat kenegaraan, hukum, dan politik seperti buku pemikiran Confucius, Plato, Aristoteles, Machiavelli, de Montesquieu, Rousseau, Bonnin, Hegel, Vivien, dan Mill yang secara tidak langsung menggambarkan telah berkembangnya disiplin Administrasi Publik, bahkan telah ada perhatian khusus terhadap pengembangan disiplin tersebut (Martin dalam Keban, 2008 : 29).
Melalui analisis sejarah dapat dilacak dan diketahui bahwa kira-kira tahun 1300 SM bangsa mesir telah mengenal Administrasi, Max webber “Mesir sebagai satu-satunya Negara paling Tua yang memiliki Administrasi Birokratik”. Demikian juga tiongkok kuno, dapat diketahui tentang konstitusi Chow yang dipengaruhi oleh ajaran Confucius dalam “administrasi Pemerintahan”. Yunani (430 SM) dengan susunan kepengurusan Negara yang demokratis, Romawi dengan “de ofiis” dan “de Legibus”nya Marcus Tullius Cicero dan abad 17 di perusia, Austria, Jerman, dan Prancis dengan Kameralis yang mengembangkan Administrasi Negara, Misalnya : Sistem Pembukuan dalam hal administrasi keuangan Negara, Markantilis (sentralisasi Ekonomi dan politik) dan Kaum Fisiokrat yang berpengaruh selama kurun waktu1550 – 1700an.[1]

Mesir dan Mesopotamia
Jatnodiprojo (1988) melakukan periodisasi perkembangan dan pertumbuhan administrasi menjadi 3 fase. Diantara ketiga fase tersebut maka fase pertama (fase prasejarah) adalah fase dimana pemikiran dan praktik kuno Administrasi Negara ini berlangsung. Fase ini berakhir pada tahun 1 tarikh masehi dan dalam fase ini kita bisa melihat bukti dari administrasi sebagai suatu seni ketika kita melihat adanya suatu hubungan kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dalam menentukan tujuan. Bukti konkrit dari administrasi dalam fase ini adalah adanya bangunan Piramid Cheops yang dioperkirakan dibuat pada tahun 3000 sebelum masehi, Piramid tesebut merupakan sebuah proyek yang luar biasa besarnya yang tidak mungkin dikerjakan oleh satu orang saja tapi melibatkan ratusan ribu tenaga kerja, dan tentunya memerlukan proses perencanaan, pengorganisasian, dan penggerakan serta kordinasi kepemimpinan. Bukti lainnya adalah sistem desentralisasi dan penggunaan staf penasehat pada 2000 tahun SM, peninggalan sejarah berupa Paramida yang diperkirakan 100.000 orang selama 20 tahun, pekerjaan ini butuh sistemadministrasi yang handal. Di Mesir Aspek yang berkembang pesat ialah di bidang pemerintah militer, perpajakan, perhubungan, pertanian dan irigasi. Max Webber, seorang sosiolog berkebangsaan Jerman yang terkemuka pada zamannya, meyakini Mesir sebagai satu-satunya Negara yang paling tua yang memiliki administrasi birokratik. Demikian juga di Tiongkok kuno, dapat diketahui tentang konstitusi Chow yang dipengaruhi oleh ajaran Confucius dalam “Administrasi Pemerintahan”. Dari Yunani (430 SM) dengan susunan kepengurusan Negara yang demokratis. Administrasi juga nanpak pada masa peradaban Mesopotamia, Babilonia, Tiongkok kuno, Romawi dan Yunani kuno yang dibuktikan pada berbagai sistem seperti sistem pemerintahan, hukum, kepegawaian dan perdagangan. melalui analisis sejarah dapat dilacak dan diketahui bahwa pada kira-kira tahun 1300 SM, bangsa Mesir telah mengenal Administrasi.
Mesopotamia telah menjalankan sebagian prinsip-prinsip administrasi dan manajemen terutama bidang pemerintahan, perdagangan, komunikasi, Pengangkutan (pengangkutan sungai), dan telah digunakannya logam sebagai alat tukar menukar, alat ukur dan hitung yang sudah barang tentu memperlancar perdagangan. Masyarakat Mesopotamia telah menggunakan sejenis logam sebagai alat tukar menukar yang sah yang pada gilirannya sangat memperlancarkan jalannya kegiatan dan administrasi perdagangan.

Yunani Kuno
Salah satu sumbangan besar peradaban Yunani kuno pada dunia adalah pengembangan konsep tentang demokrasi. Ciri khas sistem administrasi Yunani kuno adalah bahwa setiap orang yang memnuhi persyaratan sebagai ‘rakyat’ paling sedikit sekali dalam hidupnya harus menjadi pegawai negeri yang mengabdi kepada negara tanpa bayaran. Dalam karya terakhir Plato berjudul “The Laws”, Plato mengungkapkan tentang praktek-praktek administrasi pemerintahan Yunani Kuno. Plato membagi administrasi ke dalam tiga cabang yaitu pengawas kota, pengawas agora, dan pengawas tempat ibadah. Ia menggambarkan bagaimana menentukan jumlah pengawas, dan metode melakukan seleksi sebelum bekerja, termasuk menentukan tugas dan kewajibannya, serta sangsi yang diterapkan kepada mreka bila mereka melakukan pelanggaran. Kemudian Aristoteles dalam “Politics” dan “On the Anthenian Constitution” menambahkan satu jenis pengawas lagi yaitu pengawas daerah pedalaman. Seperti Plato, ia juga memberikan perhatian lebih banyak kepada metode pemilihan atau seleksi para pegawai atau pengawas tersebut (Keban, 2008 : 29).

Babilonia
Pada masa Babilonia, telah diterapkan administrasi dibidang pemerintahan, perdagangan, komunikasi, dan pengangkutan. Sistem administrasi di bidang teknologi juga telah berhasil dengan adanya taman tergantung. Dalam Code Of Hammurabi dikembangkan manajerial guide line were setforth, pentingnya effective leader style, dalam didirikan menara babel setinggi 650 Feet tampak Magnificient structures were erected, productionand inventory control was employed.[2]

Cina (Tiongkok) Kuno
Dalam peradaban Cina, kira-kira pada tahun 1100 SM cina telah menyadari perlunya perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan. Salah saru pemikiran Confucius yang kemudian disampaikan oleh murid-muridnya adalah tentang prinsip administrasi yang baik. Di dalam prinsip tersebut Confucius mengajarkan bahwa pelayan public harus memiliki moralitas yang baik. Pihak yang memerintah dan anak buahnya yang melayani memiliki hubungan paternalistic yang baik, memberikan contoh baik kepada pihak yang diperintah (Keban, 2008 : 29). Melalui confucion dengan administrasi kepegawaian tiongkok kuno dan Chow yang juga menjabat sebagai perdana mentri berhasil menciptakan apa yang disebut UUD Chow. Perkembangan Administrasi di Cina dapat dijelaskan dari urutan dinasti di bawah ini :[3]
1.      Dinasti Zhou (570 SM – 470 SM)
Ø  Pemikir : Lao Tzu
Ø  Kontribusi : Menciptakan pemikiran bahwa pemerintahan sebuah negara bergantung pada keutamaan bahwa kesejahteraan, tetapi kesengsaraan.
Ø  Bukti : Mandat Langit.
2.      Dinasti Xia & Song (470 SM – 390 SM)
Ø  Pemikir : Mo Ti
Ø  Kontribusi :
a.       Memperkenalkan pendekatan sistem dalam administrasi bisnis.
b.      Memperkenalkan pandangan politik sosialisme di dunia
c.       Memberikan sumbangan berharga dalam perbaikan adinistrasu pertanian / administrasi pada rakyat.
Ø  Bukti : Administrasi militer.
3.      Dinasti Han (219 SM – 202 SM)
Ø  Pemikir : Conficius
Ø  Kontribusi :
a.       Memberikan landasan  harmonisasi  organisasi yang telah dicapai melalui kebajikan tingkat individual dan masyarakat (memberi sumbangan pada prilaku & pengembangan organisasi.
b.      Memberi sumbangan pemikiran terhadap figur dan administrator yang baik (dimensi nilai & prilaku)
c.       Memberi penekanan nilai, etika, dan moral sebagai batas  berprilaku pemimpin & pejabat pemerintahan (moral lebih penting dari hukum).
Ø  Bukti : The Rules of Administration
4.      Dinasti Qin (221 SM – 206 SM)
Ø  Pemikir : Chow
Ø  Konstribusi : Administrasi Kepegawaian
Ø  Bukti : The Constitution of Chow

Romawi Kuno
Pada masa Romawi, dipelopori oleh Cicero dalam buku “de officiis” dan “de Legibus” (the Law) dijelaskan tentang pemerintahan romawi yang berhasil memerintah dan menguasai daerah yang luas dengan bagi-bagi tugas pemerintahan dalam departemen-departemen yang disebut “Mangitrates” yang dipimpin oleh magistrator. Disamping itu ada administrasi perhubungan, administrasi perpajakan. Oleh deocletian, struktur empire diorganisasi dan dibagi dalam 100 Provinsi. Organisasi militer juga menyumbang perkembangan studi administrasi, penggunaan staf, keseragaman cara dalam pelaksanaan tugas tugas, penerapan disiplin, bahkan pernah digunakan oleh Alexander agung, Hannibal (182 SM), Caesar, dan Napoleon.[4]

Perancis Kuno
Niccolo Machiavelli dalam bukunya “The Prince” khususnya pada bab 22 dan 23 mengungkapkan betapa pentingnya memiliki pelayan-pelayan publik yang mampu membantu raja. Para pelayan atau pembantu tersebut harus selalu dipuji agar produktivitas tetap tinggi. Sementara itu, de Montesquieu dalam “The Spirit of Laws” mengungkapkan perbedaan antara sistem hukum dan administrasi dimana sistem administrasi lebih difokuskan kepada fungsi regulasi karena mengandalkan pedoman-pedoman operasional, sedangkan sistem hukum lebih menekankan aturan-aturan hukum yang berlaku (Keban, 2008 : 29 – 30).
Jean Jacques Rousseau dalam “The Social Contract” berpendapat bahwa ketika negara menajdi bertambah besar, beban administrasi menajdi lebih besar pula karena harus menagih pajak dari seluruh wilayah negara dalam rangka mendukung kegiatan administrator di berbagai tingkatan. Fungsi koordinasi pusat menajdi lebih kompleks, dan beban administrasi seperti ini kemudian memberi dampak negatif kepada masyarakat karena negara seakan diperintah oleh para pegawai tata usaha (clerk) (Keban, 2008 : 30).
      Dalam bukunya “Principles d’administration publique”, Charles-Jean Baptiste Bonnin mengungkapkan bahwa administrasi publik merupakan subyek yang sangat penting bagi negara Perancis karena itu ia mengusulkan prinsip-prinsip administrasi public khususnya bagi Perancis yang mencapai 68 prinsip. Sayangnya buku ini tidak diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris sehingga ketika para ahli menulis tentang prinsip-prinsip administrasi publik di pertengahan abad 20an buku ini tidak dijadikan rujukan atau referensi. Dalam tulisannya ia juga mengusulkan untuk melakukan training khusus di bidang administrasi. Ia melihat politik sebagai ilmu semata sedangkan administrasi tidak saja sebagai ilmu tapi juga sebagai seni. Dan sebagai seni, administrasi lebih sulit dipelajari dank arena itu lebih mendesak dan lebih penting melatih para administrator. Menurutnya, administrasi tidak saja membutuhkan keahlian dalam menggunakan teknik-teknik tertentu tetapi juga moralitas dalam melayani negara (Keban, 2008 : 30).




[1] Dikutip dari http://lovehero.wordpress.com/2008/12/21/sejarah-perkembangan-ilmu-administrasi/ diakses pada tanggal 17 Maret 2014 pukul 12.00 WIB.
[2] Dikutip dari http://halimah-stmikdw.blogspot.com/2012/06/sejarah-administrasi.html diakses pada tanggal 17 Maret 2014 pukul 09.35 WIB.
[3] Dikutip dari http://lovehero.wordpress.com/2008/12/21/sejarah-perkembangan-ilmu-administrasi/ diakses pada tanggal 17 Maret 2014 pukul 12.00 WIB.
[4] Dikutip dari http://halimah-stmikdw.blogspot.com/2012/06/sejarah-administrasi.html diakses pada tanggal 17 Maret 2014 pukul 09.30 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar